Senin, 22 April 2013
Menuju Kekekalan Peradaban Spesies-Spesies Cerdas Dalam Jagat Raya*
Michio Kaku
Berapa majukah mereka?
Almarhum Carl Sagan pernah bertanya, “Apa artinya bagi semua
peradaban jika sudah mencapai usia satu juta tahun? Kita telah memiliki
teleskop-teleskop radio dan pesawat-pesawat antariksa selama beberapa dekade
ini. Peradaban teknis kita hanya beberapa ratus tahun usianya… sebuah peradaban
maju yang berusia jutaan tahun sangat jauh melampaui kita seperti kita
mengungguli seekor binatang pohon yang bermata besar atau seekor kera berbuntut
pendek.”
Meskipun
tebakan apapun tentang peradaban-peradaban yang sudah sangat maju itu
merupakansuatu spekulasi semata, orang masih dapat menggunakan hukum-hukum
fisika untuk menempatkan batas atas dan batas bawah pada peradaban-peradaban
ini. Sementara hukum-hukum teori medan quantum, relativitas umum,
termodinamika, dlsb., adalah bidang-bidang yang lumayan sudah mapan, fisika
khususnya dapat menempatkan batas-batas fisik yang membatasi parameter
peradaban-peradaban ini.
Pertanyaan ini bukan lagi hanya merupakan suatu spekulasi yang
menganggur. Segera, umat manusia dapat mengalami suatu kejut eksistensial
ketika daftar yang sekarang ada atas selusin planet di luar sistem matahari
(tata surya) yang seukuran Jupiter berkembang menjadi suatu daftar ratusan
planet seukuran Bumi, yang menjadi kembaran-kembaran hampir identik dengan Bumi
kampung halaman kita. Hal ini dapat mendatangkan suatu era baru di dalam
hubungan kita dengan jagat raya: kita tidak akan pernah lagi memandang langit
malam dengan cara yang sama, karena kesadaran baru kita bahwa para saintis
akhirnya dapat menyusun sebuah ensiklopedia yang mengidentifikasi dengan persis
koordinat mungkin ratusan planet yang seperti Bumi.
Dewasa ini,
dalam setiap beberapa minggu muncul berita-berita tentang penemuan sebuah
planet baru di luar tata surya yang seukuran Jupiter, dan yang paling mutakhir
ditemukan terletak 15 tahun cahaya jauhnya dari Bumi, yang mengorbit di sekitar
bintang Gliese 876. Yang paling spektakuler dari temuan-temuan ini difoto oleh
Teleskop Antariksa Hubble, yang menangkap foto-foto yang mempesona dari sebuah
planet yang lokasinya 450 tahun cahaya, yang diumban ke ruang angkasa oleh
suatu sistem bintang ganda.
Tetapi
temuan yang terbaik masih dinanti. Di awal dekade depan, para saintis akan
meluncurkan sebuah teleskop jenis baru, teleskop antariksa interferometri, yang
menggunakan berkas-berkas cahaya interferens untuk meningkatkan kemampuan
teleskop-teleskop dalam memerinci objek-objek yang diamati. Sebagai contoh,
Space Interferometry Mission (SIM), yang akan diluncurkan awal dekade depan,
terdiri atas banyak teleskop yang ditempatkan di sepanjang suatu struktur 30
kaki. Dengan suatu tingkat resolusi yang belum adasebelumnya, yang mendekati
batas-batas fisikal optik, SIM sangat peka sehingga kekuatannya hampir tak
dapat dipercaya: dengan mengorbit Bumi, SIM akan dapat mendeteksi gerak sebuah
lentera yang sedang diayun-ayunkan oleh seorang astronot di planet Mars!
Pada
saatnya, SIM akan membuka jalan bagi Terrestrial Planet Finder (TPF) (Penemu
Planet Luar Bumi), yang akan diluncurkan akhir dekade depan, yang akan harus
mengidentifikasi lebih banyak lagi planet-planet yang seperti Bumi. TPF akan
melakukan scanning atas 1000 bintang yang paling terang, yang berlokasi di
dalam 50 tahun cahaya dari Bumi dan akan fokus pada 50 sampai 100 sistem planet
yang paling terang.
Pada
saatnya, semua ini akan mendorong suatu usaha aktif untuk menentukan apakah
dari antara sistem-sistem planet yang diobservasi ada yang menyembunyikan
kehidupan, yang mungkin memiliki peradaban-peradaban yang jauh lebih maju dari
peradaban kita. Meskipun mustahil untuk memprediksi fitur-fitur setepatnya dari
peradaban-peradaban maju semacam ini, penampakan-penampakan garis besar
peradaban-peradaban ini dapat dianalisis dengan menggunakan hukum-hukum fisika.
Tidak jadi soal berapa juta tahun cahaya yang memisahkan kita dari mereka,
mereka harus masih menaati hukum-hukum besi fisika, yang sekarang ini cukup
maju untuk menjelaskan segala sesuatu, mulai dari partikel-partikel sub-atomik
sampai ke struktur berukuran besar jagat raya, melalui 43 orde magnitudo yang
luar biasa.
Fisika Peradaban Tipe I, II dan III
Secara khusus, kita dapat membuat peringkat peradaban-peradaban
berdasarkan konsumsi energi mereka, denganmenggunakan prinsip-prinsip berikut:
- H u k u m - h u k u m termodinamika. Bahkan suatu peradaban yang maju terikat pada hukum-hukum termodinamika, khususnya Hukum Kedua, dan karenanya dapat diperingkatkan berdasarkan energi yang ada pada mereka.
- Hukum-hukum materi stabil. Materi barionik (misalnya, yang didasarkan pada proton dan neutron) cenderung mengelompok ke dalam tiga pengelompokan besar: planet-planet, bintang-bintang dan galaksi-galaksi. (Hal ini adalah suatu produk yang terdefinisi dengan baik dari evolusi, fusi termonuklir, dll., yang bersifat planetaris dan galaktis.) Dengan demikian, energi mereka akan juga didasarkan pada tiga tipe individual, dan hal ini menempatkan batas-batas atas peringkat konsumsi energi mereka.
- Hukum-hukum evolusi planetari. Peradaban yang sudah maju manapun harus berkembang dalam konsumsi energi, lebih cepat dari frekuensi bencana-bencana yang mengancam kehidupan (misalnya, tumbukan meteor-meteor, zaman-zaman es, supernova, dll.). Jika mereka tumbuh lebih lamban, mereka sudah takdirnya akan lenyap. Ini menempatkan batas-batas bawah matematis pada peringkat pertumbuhan peradaban-peradaban ini.
Seorang astronom Berkeley, Don Goldsmith, mengingatkan kita bahwa
Bumi menerima kira-kira sepermilyar energi matahari, dan bahwa manusia
menggunakan kira-kira seperjuta energi matahari. Jadi kita mengonsumsi
kira-kira seperjuta milyar total energi matahari-matahari. Pada masa kini,
seluruh produksi energi planetari kita kira-kira 10 milyar milyar ergs per detik.
Tetapi pertumbuhan energi kita meningkat dengan sangat cepat, dan karenanya
kita dapat mengalkulasi berapa lama untuk kita meningkat ke status Tipe II atau
Tipe III. Goldsmith berkata, “Ketika kita sudah dapat memahami bagaimana
memanipulasi energi, lihat berapa jauh kita telah memakai energi, bagaimana
sebenarnya menghasilkan bahan bakar fosil, dan bagaimana menciptakan daya
listrik dari daya air, dan seterusnya. Pemakaian energi kita meningkat dalam
suatu jumlah yang luar biasa hanya dalam beberapa abad saja dibandingkan
milyaran tahun usia planet kita… dan hal yang sama ini dapat berlaku juga di
peradaban-peradaban lain.”
Fisikawan
Freeman Dyson dari Institute for Advanced Study mengestimasi bahwa, dalam
kira-kira 200 tahun, kita akan mencapai status Tipe I. Sebenarnya, kalau kita
bertumbuh dalam suatu peringkat yang biasa saja 1 % per tahun, Kardashev
menghitung akan diperlukan 3.200 tahununtuk mencapai status Tipe II, dan 5.800
tahun untuk mencapai status Tipe III.
Hidup dalam suatu Peradaban Tipe I, II dan III
Sebagai contoh, suatu peradaban Tipe I sesungguhnya adalah suatu
peradaban planetari, yang telah berhasil menguasai banyak bentuk energi
planetari. Output energi mereka dapat berada pada orde ribuan juta kali dari
output planetari kita sekarang ini. Mark Twain pernah berkata, “Setiap orang
berkeluh kesah mengenai cuaca, tetapi tidak seorang pun melakukan sesuatu
terhadapnya.” Hal ini dapat berubah dengan suatu peradaban Tipe I, yang
memiliki cukup energi untuk mengubah cuaca. Mereka juga memiliki cukup energi
untuk mengubah rute gempa-gempa bumi, gunung berapi, dan membangun kota-kota
dan lautan-lautan mereka.
Pada masa kini, output energi kita menempatkan kita pada status
Tipe 0. Kita mendapatkan energi kita bukan dari pemakaian daya-daya global,
melainkan dengan membakar tanaman-tanaman mati (seperti minyak dan batu bara).
Tetapi kita sudah dapat melihat benih-benih suatu peradaban Tipe I. Kita
melihat telah dimulainya suatu bahasa planetari (Inggris), sistem komunikasi
planetari (Internet), dan suatu ekonomi planetari (pembentukan Uni Eropa), dan
bahkan permulaan suatu kebudayaan planetari (melalui media massa, TV, musik
rock, dan film-film Hollywood).
Menurut
definisinya, suatu peradaban maju harus tumbuh lebih cepat dari frekuensi bencana-bencana
yang mengancam kehidupan. Karena tumbukan meteor dan komet terjadi sekali
setiap beberapa ribu tahun, suatu peradaban Tipe I harus menguasai perjalanan
antariksa untukmenyimpangkan puing-puing angkasa di dalam jangka waktu itu,
yang haruslah tidak merupakan suatu masalah. Karena zaman-zaman es dapat
terjadi pada suatu skala waktu puluhan ribu tahun, maka suatu peradaban Tipe I
harus belajar memodifikasi cuaca di dalam jangka waktu itu.
Bencana-bencana internal dan buatan juga harus dinegosiasikan.
Tetapi masalah polusi global hanyalah suatu ancaman mematikan bagi suatu
peradaban Tipe 0; suatu peradaban Tipe I telah hidup beberapa milenium sebagai
suatu peradaban planetari, yang perlu mencapai suatu keseimbangan ekologis
planetari. Masalah-masalah internal seperti perang memang mendatangkan suatu
ancaman serius yang terus berulang, tetapi mereka memiliki waktu ribuan tahun
untuk memecahkan konflik-konflik rasial, nasional dan sektarian. Akhirnya, setelah beberapa ribu tahun, suatu
peradaban Tipe I akan kehabisan daya suatu planet, dan akan mendapatkan energi
mereka dengan mengonsumsi seluruh output energi matahari-matahari mereka, atau
secara kasar semilyar trilyun ergs per detik.
Dengan output energi mereka yang dapat dibandingkan dengan energi
suatu bintang kecil, mereka harus kelihatan dari angkasa luar. Dyson telah
menyarankan bahwa suatu peradaban Tipe II bahkan dapat membangun suatu kawasan
gigantis di sekitar bintang mereka untuk dengan lebih efisien menggunakan total
output energinya. Bahkan jika mereka mencoba menyembunyikan eksistensi mereka,
mereka, karena Hukum Kedua Termodinamik, mengeluarkan panas buangan mereka.
Dari angkasa luar, planet mereka dapat bercahaya seperti sebuah ornamen pohon
Natal. Dyson bahkan menyarankan untuk mengamati secarakhusus emisi cahaya infra
merah (ketimbang radio dan TV) untuk mengidentifikasi peradaban-peradaban Tipe
II ini.
Mungkin satu-satunya ancaman serius terhadap suatu peradaban Tipe
II adalah suatu ledakan supernova yang dekat, yang ledakan dadakannya dapat
membakar planet mereka di dalam suatu ledakan sinar-sinar X yang makin melemah,
sehingga membunuh semua bentuk kehidupan. Dengan demikian, mungkin peradaban
yang paling menarik adalah suatu peradaban Tipe III, sebab peradaban semacam
ini tidak bisa binasa, kekal abadi. Mereka telah menghabiskan daya sebuah
bintang tunggal, dan telah mencapai sistem-sistem bintang lain. Tidak ada
bencana alam yang dikenal sains yang dapat menghancurkan dan melenyapkan suatu
peradaban Tipe III.
Ketika diperhadapkan pada suatu supernova di dekatnya, suatu
peradaban Tipe III akan memiliki beberapa alternatif, seperti mengubah evolusi
sebuah bintang merah gigantis yang mau meledak, atau meninggalkan sistem
bintang yang khusus ini dan melakukan terraforming terhadap suatu sistem
planetari yang dekat. Akan tetapi, ada
hambatan-hambatan bagi suatu peradaban Tipe III yang sedang tumbuh. Akhirnya,
peradaban ini bertabrakkan dengan sebuah hukum besi fisika lainnya, yakni teori
relativitas. Dyson memperhitungkan bahwa hal ini dapat menunda transisi ke suatu
peradaban Tipe III dalam jangka waktu mungkin jutaan tahun. Tetapi kendatipun
ada hambatan cahaya, ada sejumlah cara untuk mengembang pada
kecepatan-kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya.
Misalnya,
ukuran mendasar suatu kemampuan roket diukur oleh sesuatu yang dinamakan
“impuls spesifik” (yang didefinisikan sebagai produk momentumdan durasi, yang
diukur dalam unit-unit detik). Roket kimiawi dapat memperoleh impuls spesifik
dari beberapa ratus hingga beberapa ribu detik. Mesin-mesin ion dapat memperoleh
impuls spesifik puluhan juta detik. Tetapi untuk mendapatkan suatu velositas
yang mendekati kecepatan cahaya, orang harus mendapatkan impuls spesifik
kira-kira 30 juta detik, yang berada jauh di luar kemampuan kita sekarang,
tetapi tidak bagi suatu peradaban Tipe III. Aneka ragam sistem propulsi (=
sistem daya pendorong) dapat tersedia bagi usaha-usaha penyelidikan untuk
mendapatkan suatu kecepatan di bawah kecepatan cahaya (seperti mesin-mesin fusi
ram-jet, mesin-mesin fotonik, dll.).
Karena jarak di antara bintang-bintang sangat besar, dan jumlah
sistem matahari yang tidak cocok dan tidak menopang kehidupan sangat besar,
suatu peradaban Tipe III akan menghadapi pertanyaan berikutnya: Adakah cara
yang secara matematis paling efisien dalam mengeksplorasi ratusan milyar
bintang di dalam galaksi?
Dalam fiksi sains, pencarian dunia-dunia yang dapat dihuni telah
diabadikan di TV oleh kapten-kapten heroik yang dengan berani mengomandoi
pesawat antariksa yang sendirian, atau sebagai Borg pembunuh, suatu peradaban
Tipe III yang menyerap peradaban Tipe II yang lebih rendah (seperti Federasi).
Namun, metode yang secara matematis paling efisien untuk mengeksplorasi angkasa
ternyata jauh kurang mempesona: yakni mengirim armada “Penyidik Von Neumann” di
seluruh galaksi (diambil dari nama John Von Neumann, yang membangun hukum-hukum
matematis bagi sistem-sistem yang mereplikasi diri).
Dalam fiksi sains, pencarian dunia-dunia yang dapat dihuni telah
diabadikan di TV oleh kapten-kapten heroik yang dengan berani mengomandoi
pesawat antariksa yang sendirian, atau sebagai Borg pembunuh, suatu peradaban
Tipe III yang menyerap peradaban Tipe II yang lebih rendah (seperti Federasi).
Namun, metode yang secara matematis paling efisien untuk mengeksplorasi angkasa
ternyata jauh kurang mempesona: yakni mengirim armada “Penyidik Von Neumann” di
seluruh galaksi (diambil dari nama John Von Neumann, yang membangun hukum-hukum
matematis bagi sistem-sistem yang mereplikasi diri).
Suatu penyidik Von Neumann adalah sebuah robot yang dirancang
untuk mencapai sistem-sistem bintang yang jauhdan menciptakan pabrik-pabrik
yang akan mereproduksi kopi-kopi diri mereka sendiri sampai mencapai ribuan
robot. Sebuah bulan yang mati, ketimbang sebuah planet, menjadi tujuan ideal
armada Von Neumann, sebab armada ini dapat dengan mudah mendarat dan terbang
dari bulan-bulan ini, dan juga karena bulan-bulan ini tidak mengenal erosi.
Armada-armada ini akan hidup dari tanah, memakai persediaan besi, nikel, dll.,
yang tersedia secara alamiah, untuk menciptakan bahan-bahan baku dasar untuk
membangun sebuah pabrik robot. Mereka akan menciptakan ribuan kopi diri mereka
sendiri, yang kemudian akan menyebar dan mencari sistem-sistem bintang lain.
Serupa dengan suatu virus yang mendiami suatu tubuh yang berukuran
berkali-kali besarnya dari ukurannya, akhirnya akan ada suatu kawasan yang terdiri
atas trilyunan armada Von Neumann yang bergerak meluas ke segala arah, dengan
kecepatan yang makin bertambah, sedikit di bawah kecepatan cahaya. Dengan jalan
ini, bahkan sebuah galaksi yang berjarak 100.000 tahun cahaya dapat secara
lengkap dianalisis di dalam, katakanlah, setengah juta tahun.
Jika suatu
armada Von Neumann hanya menemukan bukti suatu kehidupan primitif (seperti
suatu peradaban Tipe 0 yang tidak stabil dan buas), mereka dapat cuma berbaring
jinak di bulan, menunggu dengan bisu untuk peradaban Tipe 0 ini berevolusi
mencapai suatu peradaban Tipe I yang stabil. Setelah menunggu dengan tenang
selama beberapa ribu tahun, mereka dapat diaktivasikan ketika peradaban Tipe I
yang sedang berkembang telah cukup maju untuk membangun suatu koloni di bulan.
Fisikawan Paul Davies dari Universitas Adelaide bahkan telah mengangkat
kemungkinan adanya suatu armada Von Neumann yangsedang beristirahat di bulan
kita, yang tersisa dari suatu kunjungan sebelumnya di dalam sistem kita di masa
lampau yang telah sangat lama. (Jika hal ini terdengar sedikit familiar, tak
lain karena hal ini telah menjadi landasan film 2001. Semula, Stanley Kubrick
memulai film ini dengan serangkaian saintis menjelaskan kepadanya bagaimana
armada-armada semacam ini akan menjadi metode paling efisien dalam menjelajahi
angkasa luar. Sayangnya, pada menit terakhir, Kubrick memotong segmen pembuka
dari filmnya, dan bagian-bagian ini menjadi bagian-bagian yang paling
mistikal).
Perkembangan Baru
Sejak Kardashev
memberikan pemeringkatan orisinal peradaban-peradaban, kini telah ada banyak
perkembangan saintifik yang mempertajam dan memperluas analisisnya semula,
seperti perkembangan-perkembangan mutakhir di dalam nanoteknologi,
bioteknologi, fisika quantum, dsb.
Sebagai contoh,
nanoteknologi dapat memfasilitasi pengembangan armada Von Neumann. Seperti
fisikawan Richard Feynman telah observasi di dalam esainya yang berpengaruh,
yang berjudul “There’s Plenty of Room at the Bottom”, tidak ada sesuatupun di
dalam hukum-hukum fisika yang mencegah pembangunan armada-armada berupa
mesin-mesin seukuran molekul. Pada masa kini, beberapa saintis telah membangun
benda-benda aneh seukuran atom, seperti sebuah abacus (alat penghitung) atomik
dengan Buckyballs dan sebuah gitar atomik dengan dawai-dawai berdiagonal 100
atom.
Paul Davies
berspekulasi bahwa suatu peradaban yang sedang menjelajahi angkasa dapat
menggunakan nanoteknologi untuk membangun armada-armada mini
untukmengeksplorasi galaksi, mungkin ukurannya tidak lebih besar dari tapak
tangan anda. Davies berkata, “Armada-armada kecil yang sedang saya bicarakan,
akan sangat tidak kentara sehingga tidaklah mengejutkan kalau kita belum pernah
menemukannya. Ini bukanlah sesuatu yang secara kebetulan anda temukan di
halaman belakang rumah anda. Jadi, jika teknologi berkembang dengan cara
demikian, maksudnya, semakin kecil, semakin cepat, dan semakin murah, dan jika
peradaban-peradaban lain telah menelusuri rute ini, maka kita kini dapat sedang
dikitari oleh mesin-mesin pemantau dari angkasa luar.”
Selain itu,
perkembangan bioteknologi telah membuka kemungkinan-kemungkinan yang sepenuhnya
baru. Armada penyidik ini dapat bertindak sebagai bentuk-bentuk kehidupan, yang
mereproduksi informasi genetik mereka, bermutasi dan berevolusi pada setiap
tahap reproduksi untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan mereka, dan dapat
memiliki kecerdasan buatan untuk mempercepat penyelidikan dan pencarian mereka.
Juga,
teori informasi memodifikasi analisis Kardashev yang semula. Proyek SETI (= the
Search for Extraterrestrial Intelligence) masa kini hanya dapat melakukan
scanning atas sedikit frekuensi radio dan pancaran TV yang dikirim oleh suatu
peradaban Tipe 0, tetapi mungkin bukan suatu peradaban yang telah maju.
Dikarenakan adanya statik yang besar yang ditemukan di dalam angkasa yang
dalam, mengirim sinyal-sinyal radio pada suatu frekuensi tunggal merupakan
suatu sumber kesalahan yang serius. Ketimbang menempatkan semua telur anda di
dalam satu keranjang, suatu sistem yang lebih efisien adalah memecah pesan dan
memancarkannya melalui semua frekuensi (misalnya melalui Fourier like
transform)lalu mengumpulkan kembali sinyalnya hanya pada ujung lainnya. Dengan
cara ini, bahkan jika frekuensi-frekuensi tertentu terganggu oleh statik, ada
cukup pesan yang akan tetap bertahan untuk mengumpulkan kembali dengan akurat
pesannya via koreksi kesalahan yang rutin. Akan tetapi, peradaban Tipe 0 apapun
yang mendengar pesan ini pada satu band frekuensi akan hanya mendengar pesan
yang tak bermakna. Dengan kata lain, galaksi kita dapat dipenuhi oleh
pesan-pesan dari bermacam-macam peradaban Tipe II dan III, tetapi teleskop
radio Tipe 0 kita hanya akan mendengar suara-suara tanpa makna.
Akhirnya, ada juga kemungkinan bahwa suatu peradaban Tipe II atau
Tipe III dapat mencapai energi Planck yang termashyur dengan mesin-mesin mereka
(10^19 milyar elektron volt). Energi ini suatu kwadrillion (10 pangkat 24) kali
lebih besar dari smasher atom yang paling kuat, yang kita miliki. Energi ini,
yang fantastis tampaknya, menurut definisinya berada di dalam kisaran suatu
peradaban Tipe II atau Tipe III.
Energi Planck ini hanya terbentuk pada pusat lubang-lubang hitam (black
holes) dan pada saat terjadinya Big Bang. Tetapi dengan
perkembangan-perkembangan mutakhir dalam gravitasi quantum dan teori
superstring, muncul suatu minat yang dibarui di antara para fisikawan terhadap
energi-energi yang sangat besar sehingga efek-efek quantum memecah struktur
ruang dan waktu. Meskipun sama sekali tak pasti bahwa fisika quantum
memungkinkan terciptanya lubang-lubang hitam yang stabil, hal ini menimbulkan
suatu kemungkinan yang jauh bahwa suatu peradaban yang telah berkembang dengan
memadai dapat bergerak via lubang-lubang dalam ruang angkasa, seperti Kaca Mata
Alice. Dan jika peradaban-peradaban ini dapat suksesbernavigasi melalui
lubang-lubang hitam yang stabil, maka tidak masalah lagi bagi mereka untuk
mendapatkan suatu impuls spesifik satu juta detik. Mereka hanya mengambil jalan
pintas melalui galaksi. Hal ini memangkas besar-besaran transisi di antara
suatu peradaban Tipe II dan Tipe III. Kedua, kemampuan merobek lubang-lubang di
dalam ruang dan waktu dapat tiba pada suatu hari yang dekat. Para astronom,
yang menganalisis cahaya yang terpancar dari supernova-supernova yang jauh,
telah menyimpulkan baru-baru ini bahwa jagat raya ini berkembang dengan lebih
cepat, ketimbang makin lambat. Jika ini benar, bisa ada suatu daya
anti-gravitasi (mungkin konstan kosmologis Einstein) yang bekerja melawan
tarikan gravitasi galaksi-galaksi yang jauh. Tetapi ini juga berarti bahwa
jagat raya dapat berkembang selamanya di dalam suatu Big Chill (Suhu Dingin
Besar), sampai temperatur mendekati nol mutlak. Beberapa makalah baru-baru ini
membentangkan bagaimana kemungkinan rupa jagat raya yang gelap ini. Ini akan
menjadi suatu penglihatan yang menimbulkan kesedihan: setiap peradaban yang
bisa bertahan akan selanjutnya dengan dahsyat terhimpun menjadi satu dengan
debu-debu yang sekarat dari bintang-bintang neutron yang sedang lenyap dan lubang-lubang
hitam. Semua kehidupan cerdas harus mati ketika jagat raya mati.
Ketika merenungi kematian Matahari, filsuf Betrand Russel pernah
menulis suatu alinea dalam bahasa Inggris yang mungkin paling menimbulkan rasa
putus asa: “… Semua kerja berat segala zaman, semua devosi, semua inspirasi,
semua kecerahan siang dari manusia-manusia jenius, telah ditakdirkan untuk
lenyap di dalam suatu kematian besar sistem matahari, dan semua kuil yang
dihasilkan oleh Manusia harus tak terhindar lagi dikubur di bawah debu-debu
suatu jagatraya yang runtuh…”
Kini, kita menyadari bahwa roket-roket yang cukup kuat dapat
menyelamatkan kita dari kematian matahari kita pada 5 milyar tahun dari
sekarang, ketika samudera-samudera akan mendidih dan gunung-gunung akan meleleh.
Tetapi bagaimana kita dapat luput dari kematian jagat raya itu sendiri?
Astronom John Barrows dari Universitas Sussex menulis, “Andaikan kita
memperluas klasifikasinya ke atas. Anggota-anggota dari peradaban-peradaban
hipotetis Tipe IV, V, VI, … dan seterusnya, akan dapat memanipulasi
struktur-struktur jagat raya dalam skala-skala yang lebih besar dan lebih
besar, mencakupi kelompok-kelompok galaksi, kelompok-kelompok dari
kelompok-kelompok galaksi, dan superkelompok galaksi.” Peradaban-peradaban yang
melampui Tipe III dapat memiliki energi yang cukup untuk luput dari jagat raya
kita yang sedang sekarat lewat lubang-lubang di ruang angkasa.
Terakhir, fisikawan Alan Guth dari MIT, salah seorang pencetus
teori jagat raya yang berinflasi (inflationary universe theory), bahkan
telah mengkomputasi energi yang dibutuhkan untuk menciptakan suatu jagat raya
bayi di dalam laboratorium (temperaturnya 1000 trilyun derajat, yang masih
berada di dalam kisaran peradaban-peradaban hipotetis ini).
Tentu saja, sampai seseorang benar-benar bertemu dengan suatu
peradaban yang maju, semua ini sama dengan spekulasi yang dikendalikan oleh
hukum-hukum fisika, tidak lebih dari sebuah panduan berguna dalam pencarian
kita atas kehidupan-kehidupan cerdas luar Bumi. Tetapi suatu hari, banyak dari
antara kita akan melihat pada ensiklopedia yang memuat koordinat mungkin
ratusan planet yang seperti Bumi di dalam sektor kita dari galaksi
kita.Kemudian kita akan bertanya, seperti Sagan dulu, seperti apakah rupa suatu
peradaban yang jauhnya berjuta-juta tahun cahaya dari kita….
***
*Bahan
diskusi topik “Merayakan Kekekalan Manusia”, Freedom Institute, Jakarta, 10
Maret 2011, bersama rekan saya Dr. Ryu Hasan
**Judul
asli tulisan ini : The Physics of Extraterrestrial Civilizations ; Diindonesiakan
oleh Ioanes Rakhmat (Sumber:
http://mkaku.org/home/?page_id=246)
Related Posts:
Filsafat Sains
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar :